Mengapa…..?, pertanyaan ini akan terjawab dengan makna tulisan yang tertuang, menjadi personil Taka Bonerate sekaligus melebur sebagai warga lokal membantu memahami kehidupan sehari-hari mereka, masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya menggunakan segala sumber daya yang ada pada diri mereka untuk terus mempertahankan hidup dan keturunanya, pola hidup adaptif dengan mudah mereka terima jika mampu menopang perekonomian keluarga, salah satunya adalah pengembangan ekowisata yang berbasis pada mereka sendiri “warga lokal”
Ekowisata berbeda dengan wisata lainnya, karena sifatnya yang mengkondisikan untuk menunjang konservasi lingkungan. Para ahli mendefinisikan ekowisata, antara lain “Memberikan dampak langsung terhadap konservasi kawasan”, “berperan dalam usaha-usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal”, “mendorong konservasi dan pembangunan berkelanjutan”, dan sebagainya (Wunder, S, 2000). Ekowisata adalah kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. jadi ekowisata berbasis masyarakat adalah kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, dengan mengutamakan masyarakat lokal sebagai pengelola wisata untuk mencapai kesejahteraan bersama melalui efek pengganda yang di harapkan timbul setelah berjalannya kegiatan ini.
Taman Nasional merupakan salah satu bentuk kawasan konservasi yang mempunyai fungsi paling lengkap bila dibandingkan dengan kawasan konservasi lainnya, taman nasional mempunyai fungsi sebagai 1). Perlindungan sistem penyangga kehidupan, 2). Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, 3). Pelestarian manfaat secara berkelanjutan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan, rekreasi dan wisata alam serta menunjang kepentingan budidaya (Fandeli, 2012)”, sekarang fungsi taman nasional tidak cukup hanya dengan 3 “P” sesuai dengan yang kita kenal selama ini, tetapi diperlukan “P” tambahan, yakni pemberdayaan masyarakat lokal.
Taman Nasional Taka Bonerate sebagai salah satu kawasan pelestarian alam dengan luasan wilayahnya adalah perairan dangkal dan terumbu karang, mempunyai potensi untuk menyelenggarakan rekreasi dan wisata alam. Di kawasan ini ditemui 3 (tiga) kategori terumbu karang, yaitu terumbu karang penghalang (barrier reef), terumbu karang tepi (fringing reef) dan Atoll. Keanekaragaman jenis biota penyusun ketiga kategori terumbu karang tersebut cukup tinggi. Hal yang menarik pada ekosistem terumbu karang di Taman Nasional Taka Bonerate adalah keberadaan beberapa lokasi profil terumbu yang sangat terjal (drop–off). Dan Ekosistem padang lamun tropis keberadaannya bersifat ekstensif di semua bagian kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, terutama pada daerah-daerah pantai dengan substrat pasir berlumpur.
Selain itu, ditemukan 68 genera karang, 564 spesies ikan karang, 83 spesies makro algae (37 genera), 11 spesies lamun (6 genera), 70 spesies tumbuhan darat, 34 spesies burung (meliputi burung darat dan laut) serta beberapa biota laut dan darat lainnya, seperti penyu, lumba-lumba, paus, tikus, dan sebagainya. Sedang luasan habitat adalah : Karang hidup (9.119 Ha), Karang mati (8.560 Ha), Lamun & Algae (17.525 Ha), Pasir (17.061 Ha), Pulau/daratan (341 Ha) dan Bungin/sand dunes (77 Ha). (TN. TBR, 2014).
Masyarakat di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, yang sebelum penetapannya sebagai kawasan konservasi, telah lebih dulu ada dan bermukim secara turun temurun di lokasi tersebut. jumlah penduduk sebanyak 6.968 orang (TN. TBR, 2014) dan mendiami tujuh pulau dari 21 pulau yang ada di kawasan Taka Bonerate. Masyarakat lokal secara umum masih sangat tergantung dengan sumber daya alam yang tersedia disekitar lingkungan mereka, taman nasional tidak bisa serta merta memagari kawasan ini dari pengaruh manusia, oleh karena itu, menggunakan masyarakat lokal sebagai mitra konservasi dan benteng pertahanan yang tangguh terhadap kerusakan ekosistem, melalui perwujudan ekowisata berbasis masyarakat, mengedepankan nilai-nilai luhur lokal untuk mempertahankan konsistensi sumber daya alam yang tersisa, melibatkan dalam perencanaan pengelolaan wisata, dan menjadikannya sebagai garda terdepan dalam menikmati manfaat ekonomi dari kegiatan wisata yang ada di lingkungan mereka, sebagimana diungkapkan oleh (Hakim, 2004) “Pendekatan partisipasi lebih dipersepsikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi tanpa melihat prosesnya sehingga secara umum masyarakat di posisikan sebagai obyek pelaksana kegiatan”.
Penulis : Saleh Rahman (PEH TN Taka Bonerate)