Peringatan puncak Hari Konservasi Alam Nasional akan digelar hari ini, tepatnya pada tanggal 15 – 16 September 2020. Peringatan yang akan dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini, akan diselenggarakan di Taman Mangrove Bontang, Taman Nasional Kutai, Bontang, Kalimantan Timur. Kegiatan ini juga dihadiri perwakilan dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang berasal dari berbagai penjuru nusantara, termasuk perwakilan dari Balai Taman Nasional Taka Bonerate. Kepala Balai Taman Nasional Taka Bonerate, Faat Rudhianto, S.Hut., M.Si didampingi oleh Kepala SPTN Wilayah I Tarupa, Raduan, SH menghadiri secara langsung kegiatan tersebut.
Berbagai kegiatan telah dilaksanakan oleh Balai Taman Nasional Taka Bonerate untuk mewarnai peringatan Hari Konservasi Alam Nasional 2020 seperti:
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Hari Konservasi Alam Nasional, Hari Konservasi Alam Nasional ditetapkan pada tanggal 10 Agustus. Peringatan ini diselenggarakan setiap tahun untuk mengingatkan masyarakat bahwa konservasi alam merupakan bagian integral dari pembangunan berkelanjutan yang harus terus dilaksanakan dan dipertahankan dalam setiap kegiatan dalam perlindungan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sebagai sistem penyangga kehidupan. Peringatan HKAN yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini bertujuan untuk mengkampanyekan konservasi konservasi alam bagi kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat agar berpartisipasi dalam menyelamatkan alam.
Tema peringatan HKAN pada tahun 2020 yaitu “Nagara Rimba Nusa: Merawat Peradaban Menjaga Alam”. Tema ini menekankan pada semangat berperadaban maju yang harmonis dengan era milenial dan menjadi catatan sejarah dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru Indonesia. Meskipun demikian, semangat konservasi alam tentunya diharapkan dapat tertanam di semua mengingat tidak tercakup mana pun yang tidak termasuk pada alam.Tema “Nagara Rimba Nusa: Merawat Peradaban Menjaga Alam” menggambarkan bahwa semangat konservasi alam di era peradaban maju menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk menciptakan masa kini ketika kemajuan teknologi, pola hidup, berpikir terbuka, terbatasnya waktu, dan indikator akan meningkat dan menjadi suatu kebanggaan dan kebutuhan untuk melaksanakannya.
Pada akhir tahun 2019, ujian terhadap peradaban manusia memasuki babak baru dengan episentrum virus corona Corona di Wuhan yang dikenal dengan Covid-19. Peningkatan penyebaran penyebarannya hingga melanda seluruh dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian disebutnya sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020. Sejalan dengan penetapan status global ini, seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, terus menanggulangi wabah Covid-19. Bahkan, pemerintah Indonesia telah mengkonsentrasikan sumber daya negara untuk menahan laju infeksi Covid-19 dan kematian manusia yang diakibatkannya sampai ditemukannya vaksin.Pada akhirnya, kejadian pandemi ini telah membawa peradaban manusia ke dalam sebuah dimensi baru kehidupan yang mengharuskan cara hidup baru yang dikenal dengan istilah Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB),
Pandemi Covid-19 ini tidak hanya mengakibatkan krisis di bidang kesehatan saja, namun juga berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia, terutama di bidang ekonomi, termasuk sektor pariwisata alam. Upaya reaktivasi kawasan konservasi pada bulan Juli 2020 yang bersamaan dengan masa transisi dan pemulihan yaitu Juli hingga Desember, jumlah pengunjung ke kawasan konservasi (suaka margasatwa, taman nasional, dan taman wisata alam) diprediksi hanya akan mencapai 50% dibandingkan dengan tahun 2019, kecuali pada bulan Juli yang diasumsikan sama dengan Maret 2019 atau lebih landai (Direktorat PJLHK, 2020).
Berdasarkan data dan proyeksi Direktorat PJLHK (2020), nilai ekonomi sektor pariwisata di suaka margasatwa, taman nasional, dan taman wisata alam yang hilang akibat pandemi Covid-19 selama tahun 2020 adalah Rp1,5 trilyun hingga Rp1,9 trilyun.Oleh karena itu , reaktivasi kawasan konservasi untuk mendukung kegiatan pariwisata yang mengusung konsep “Forest for Healing” yang berakar kuat dari sikap hidup dan budaya yang hidup dengan alam yang tidak mengedepankan jumlah pengunjung, namun justru justru pariwisata berkualitas yang mengedepankan inovasi untuk menambah durasi kunjungan dan kemanfaatannya dari aspek kemanusiaan dan kelestarian alam. Dengan optmisme yang sedang dibangun, hidup dengan alamSalah satu cara pemulihan yang potensial dilakukan. Kawasan konservasi dengan pariwisata menjadi salah satu kekuatan bangsa Indonesia untuk dapat pulih pasca Covid-19 dalam tatanan baru (normal baru). Matthew Silverstone (dalam buku Blinded bu Science pada 2014) menyebutkan bahwa berwisata dengan mengaktifkan interaksi panca indera dengan elemen alam, terbukti mampu meningkatkan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan spiritual, memberikan energi dan ketenangan. Pemulihan mental dan fisik individu dan masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan forest forhealing di kawasan konservasi.
Dengan demikian, pentingnya memulihkan kehidupan dan peradaban manusia yang harmoni dengan alam dalam rangka menyongsong era baru (new normal) pasca pandemi Covid-19 ini akan menjadi semangat dalam peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) tahun 2020. Hal ini tentu sejalan dengan HKAN sebagai momentum keteladanan dan aksi nyata memasyarakatkan konservasi alam sebagai sikap hidup dan budaya bangsa Indonesia.
Semangat HKAN ini diawali 30 tahun yang lalu dengan lahirnya UNdang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Dengan mengusung tema “Nagara Rimba Nusa: Merawat peradaban Menjaga Alam”, maka penyelenggaraan HKAN tahun 2020 di Taman Nasional Kutai, Provinsi Kalimantan Timur diharapkan dapat menjadi titik awal kebangkitan bangsa Indonesia yang harmonis dengan alam pasca pandemi global Covid-19. Hal ini juga untuk mendukung Provinsi Kalimantan Timur sebagai calon Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia yang baru pada lahan seluas +256.142 ha (berada di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara) yang mengusung tema Nagara Rimba Nusa yang sesuai dalam konsep Hutan Kota dalam konteks yang hidup dengan alam dalam rancangan pembangunannya.
Selamat Hari Konservasi Alam Nasional 2020!
Sumber : Yusuf Ronald (PEH)