
Benteng, 09/03/2022 – Balai Taman Nasional Taka Bonerate bersama dengan Wildlife Conservation Society – Indonesia Programme (WCS-IP) mengadakan Workshop Kerjasama Multi Pihak dalam Penguatan Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan, Berkeadilan, dan Berkearifan Lokal di TN Taka Bonerate. Kegiatan ini dilaksanakan di Tinabo Room, Hotel Reyhan Square. Kegiatan ini dihadiri oleh Forkopimda Kabupaten Kepulauan Selayar (Kapolres Kepulauan Selayar, Dandim 1415 Selayar, dan Kepala Kejaksanaan Negeri Selayar), Komandan Pos TNI AL Selayar, Kepala OPD terkait, kepala desa dan tokoh masyarakat dalam kawasan TN Taka Bonerate, dan para mitra.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Wakil Bupati Kepulauan Selayar, H. Saiful Arif, SH yang dalam sambutannya beliau menyampaikan, bahwa Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki berbagai potensi perikanan yang selama ini belum dioptimalkan. Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki TN Taka Bonerate yang merupakan atol terbesar ketiga di dunia dengan potensi perikanan yang luar biasa. Potensi perikanan ini tentunya membutuhkan pengelolaan yang baik untuk menjamin keberlanjutan serta manfaatnya dapat dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat.
“Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar merencanakan Kawasan Industri Perikanan Terpadu (KIPT) yang diharapkan akan menjadi solusi dalam optimalisasi potensi sumberdaya perikanan di Kepulauan Selayar. Saya menyambut baik kegiatan workshop ini yang melibatkan berbagai pihak, semoga dengan workshop ini dapat menghasilkan sebuah output yang nantinya dapat ditindaklanjuti bersama” ujar Wakil Bupati.
Setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan pemberian Piagam Penghargaan dari Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem kepada Local Champion Desa Khusus Pasitallu yang selama ini berjuang dan berhasil mengajak warga agar tidak lagi melakukan destructive fishing di Desa Khusus Pasitallu. Penghargaan tersebut disampaikan melalui Wakil Bupati Kepulauan Selayar didampingi Kepala Balai TN Taka Bonerate.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan workshop sesi pertama yang melibatkan semua unsur forkopimda sebagai pembicara, yaitu Wakil Bupati Kepulauan Selayar, Dandim 1415 Selayar, Kepala Kejaksaan Negeri Selayar, dan Kapolres Kepulauan Selayar, serta turut hadir Komandan Pos TNI AL Selayar, dan yang bertindak sebagai moderator adalah Kepala Balai TN Taka Bonerate. Secara garis besar, arahan yang disampaikan bermuara pada pentingnya perikanan berkelanjutan dan pentingnya menaati aturan dan ketentuan pemanfaatan sumberdaya perikanan di TN Taka Bonerate. Perikanan berkelanjutan di TN Taka Bonerate hanya dapat dicapai dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ramah lingkungan, tidak menggunakan alat seperti bom, bius, maupun alat bantu kompresor. Kedepannya, perlu penyadartahuan/ sosialisasi kepada masyarakat baik di dalam maupun di luar kawasan TN Taka Bonerate terkait hal tersebut. Jika sosialiasi telah dilakukan, namun masih ada masyarakat yang melanggar ketentuan dan aturan, maka jalan terakhir adalah dengan melakukan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang.
Pada sesi kedua workshop, peserta mendengarkan materi yang disampaikan oleh Kepala Balai TN Taka Bonerate terkait Overview Pengelolaan TN Taka Bonerate. Materi ini memberikan gambaran kepada peserta tentang sejauh mana upaya pengelolaan kawasan yang telah dilakukan pihak balai. Dalam kesempatan ini, kepala balai kembali mengingatkan pentingnya implementasi Piagam Pa’jukukang yang telah disepakati bersama oleh forkopimda dan instansi terkait lainnya untuk menjamin terwujudnya perikanan berkelanjutan, berkeadilan, dan berkearifan lokal.
Materi kedua disampaikan secara daring oleh Presiden Suku Bajau, Dr. Ir. Abdul Manan, M.Sc. Beliau menyampaikan materi mengenai “Telaah Budaya: Peran Suku Bajau dalam Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan”. Materi ini menjelaskan bagaimana kearifan lokal dalam budaya Suku Bajau memberikan kontribusi dalam pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Salah satu praktek budaya bajau dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan adalah “Sangal”. Sangal bisa dianalogikan dengan “restocking” yaitu ritual untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar hasil laut kembali melimpah. Dalam upacara ritual ada petuah dari “Sandro” untuk menangkap hasil laut “jangan berlebih-lebihan” karena rezeki sudah ada yang mengaturnya. Laut adalah teman, bahkan ada juga yang menganggap “Laut sebagai ibu” dilantunkan dalam acara tersebut melalui tradisi lisan (Iko-Iko)” ujar Dr. Abdul Manan. Beliau juga menambahkan, di beberapa tempat, Suku Bajau juga melakukan pelepasan berbagai biota laut yang dimiliki ke suatu tempat di laut yang diberi nama Tubba Dikatutuang, tujuannya untuk memperbanyak ikan atau biota lainnya. Terakhir, pada materi ketiga yang disampaikan oleh Dr. Rijal M. Idrus, dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, beliau menggaris bawahi terkait strategi pengelolaan perikanan terukur, untuk mencapai aspek berkelanjutan, berkeadilan, dan berkearifan lokal.
Pada sesi akhir, para peserta workhsop diminta untuk berdiskusi dan mengidentifikasi tantangan dan hambatan dalam pengelolaan perikanan di TN Taka Bonerate, sekaligus memberikan contoh aksi nyata yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan dan hambatan tersebut. Setelah semua rangkaian kegiatan selesai, kegiatan workshop ini ditutup oleh Kepala Balai TN Taka Bonerate.